Posted by : Unknown
Senin, 07 Juli 2014
X-Men:
Days of Future Past
(2014)
(2014)
Quality: HDCAM
Released
|
|
Country
|
USA | UK
|
Language
|
English | Vietnamese
|
Genre
|
|
Director
|
|
Writers
|
Simon Kinberg(screenplay), Jane Goldman (story), 2 more credits »
|
Starcast
|
|
Review:
Mungkin berlebihan jika mengatakan bahwa
X-Men: The Last Stand dan X-Men Origins:
Wolverine hampir menamatkan riwayat franchise X-Men di layar
lebar. Tapi yang jelas kedua film tersebut memang layak disebut sebagai yang
terburuk dalam franchise ini. Setelah Brett Ratner merusak segala hal bagus
yang diciptakan Bryan Singer dalam dua film pertama X-Men, para mutan ini
memang baru mendapatkan film yang layak lagi lima tahun kemudian lewat sebuah
reboot/prequel X-Men: First Class garapan
Matthew Vaughn yang sukses memperkenalkan masa lalu dari Charles Xavier
(Professor X) dan Erik Lensherr (Magneto). Wolverine pun pada akhirnya mendapat
film solo yang lebih layak lewat The Wolverine.
Sampai pada akhirnya Bryan Singer kembali menyutradari film X-Men setelah 11 tahun "pergi". Tapi dia tidak hanya kembali karena film yang ia sutradarai bisa dibilang merupakan yang terbesar baik dari segi skala cerita, jumlah karakter, sampai bujet yang digelontorkan. Ya, Singer kembali dengan membawa sebuah ambisi besar tidak hanya untuk menciptakan film X-Men terbesar tapi juga mungkin film superhero terbesar yang bisa menandingi The Avengers.
Filmnya sendiri mengambil cerita dari komik Days of Future Past yang terbit tahun 1981 dan dianggap sebagai salah satu storyline terbaik dalam komik X-Men. Pada awalnya kita akan dibawa pada era masa depan yang begitu kelam dimana dunia dikuasai oleh robot-robot raksasa bernama Sentinel. Pada awalnya Sentinel diciptakan untuk membunuh mutan, dan itu berhasil dimana banyak mutan yang akhirnya tewas di tangan Sentinel.
Tapi lambat laun robot ini juga mulai membunuh manusia yang dari gen mereka berpotensi mempunyai keturunan mutan. Dunia pun menjadi tempat yang begitu mengerikan khususnya bagi para mutan. Para mutan yang bertahan hidup mulai menyusun rencana dibawah pimpinan Profesor X (Patrick Stewart). Mereka pun akhirnya memutuskan untuk mengirim Wolverine (Hugh Jackman) ke masa lalu tepatnya tahun 1973 dengan bantuan Kitty Pride (Ellen Page) guna memperingatkan Xavier muda (James McAvoy) tentang masa depan yang porak poranda tersebut.
Hal itu dilakukan dengan harapan mereka bisa menghentikan Bolivar Trask (Peter Dinklage) yang pada tahun 1973 sedang berencana untuk membuat Sentinel. Tapi tentu saja hal itu tidak mudah dilakukan karena pada masa itu Xavier tengah dirundung banyak duka, kehilangan kekuatannya, dan masih bersitegang luar biasa dengan Erik (Michael Fassbender) yang saat itu tengah di penjara atas tuduhan pembunuhan terhadap Presiden JFK.
Days of Future Past sudah dibuka dengan begitu luar biasa lewat gambaran masa depan yang kelam, penuh kesengsaraan dan kematian. Bahkan action sequence pembukanya pun begitu luar biasa meski sama sekali tidak menampilkan deretan mutan yang sudah punya nama besar dalam film-film sebelumnya. Tidak hanya itu, adegan tersebut juga dibalut dengan kebrutalan yang diatas rata-rata film superhero pada umumnya. Disinilah kehebatan Bryan Singer benar-benar terlihat. Disinilah pembeda nyata antara Singer dan Ratner terpampang jelas.
Disaat Brett Ratner menciptakan kekacauan saat menumpahkan banyak mutan ke dalam satu film serta banyak membunuh potensi masing-masing dari mereka, Singer justru sebaliknya. Meski banyak mutan baik lama maupun baru yang hadir, masing-masing dari mereka diberi kesempatan yang sama untuk bersinar meski kemunculannya tidak banyak seperti Storm atau Magneto-nya Ian McKellen.
Singer tahu benar potensi tiap-tiap mutan dan menggunakan itu untuk mengkoreografikan adegan aksi dengan begitu spektakuler. Hal ini membuat mutan-mutan yang memang sudah dicintai seperti Wolverine sampai Magneto-nya Fassbender tetap bersinar tapi disisi lain mutan baru seperti Blink dan Quicksilver sanggup mencuri perhatian. Dua nama yang disebut terakhir memang diluar dugaan sanggup mencuri perhatian. Sedangkan Quicksilver yang sebelum perilisan filmnya terlihat kurang meyakinkan ternyata bisa menjadi mutan yang super keren lewat rambut abu-abu, walkman, serta tingkah semaunya sendiri itu.
Kini menjadi tugas berat bagi Joss Whedon untuk menciptakan Quicksilver yang setidaknya tidak kalah keren dalam Avengers: Age of Ultron. Kabar baiknya, Days of Future Past bukanlah kemunculan pertama dan terakhir mereka, karena keduanya akan kembali lagi dalam sekuel-sekuel berikutnya. Film ini juga masih punya love/hate relationship dengan chemistry kuat yang dimiliki McAvoy dan Fassbender.
Hugh Jackman masih memikat seperti biasa lewat mulutnya yang kadang masih susah dikontrol dan sering melontarkan lelucon demi lelucon. Jenffier Lawrence dan Peter Dinklage makin melengkapi jajaran cast yang bermain luar biasa dalam film ini. J-Law membuktikan bahwa Mystique bukan hanya sosok bersisik biru tapi juga dengan kedalaman emosi. Sedangkan Dinklage sebagai Bolivar mungkin bukan villain yang mengancam lewat kemampuan fisiknya, tapi sosoknya tetap bisa menebar ancaman dalam tiap kemunculannya.
Singer pun berhasil memaksimalkan kapasitas akting para pemainnya yang seabrek itu dengan keberhasilannya merangkum aspek drama dalam film ini. Singer tidak melupakan aspek penting yang sering ditinggalkan banyak sutradara film aksi, yakni memberikan karakter yang dipedulikan penonton. Dengan memberikan hal itu, ketegangan yang tersaji dalam tiap adegan aksinya pun makin bertambah karena penonton merasakan kepedulian dan simpati pada karakter yang ada.
Pada akhirnya, klimaks yang menampilkan pertempuran di masa lalu dan masa depan sama-sama terasa begitu luar biasa, lebih cepat, lebih intens, lebih brutal dan terasa cukup tragis. Begitulah, Singer sukses menciptakan sebuah film X-Men yang luar biasa. Tapi keberhasilan Singer bukan hanya itu. Tidak hanya sukses menciptakan sebuah film X-Men yang bagus, dia juga sanggup memperbaiki banyak hal yang kacau dalam universe film X-Men selama ini. X-Men: The Last Stand memang banyak "mengacaukan" dunia X-Men, dan Singer memanfaatkan dengan baik tema time travel yang ada untuk memperbaiki segala kekacauan tersebut. Dan di akhir credit scene akan menampilkan calon villain bagi sekuelnya, X-Men: Apocalypse yang akan rilis tahun 2016. Kabarnya sekuel yang bakal menampilkan Apocalypse sang mutan tertua di muka bumi tersebut akan lebih besar dan lebih masif dari Days of Future Past.
Sampai pada akhirnya Bryan Singer kembali menyutradari film X-Men setelah 11 tahun "pergi". Tapi dia tidak hanya kembali karena film yang ia sutradarai bisa dibilang merupakan yang terbesar baik dari segi skala cerita, jumlah karakter, sampai bujet yang digelontorkan. Ya, Singer kembali dengan membawa sebuah ambisi besar tidak hanya untuk menciptakan film X-Men terbesar tapi juga mungkin film superhero terbesar yang bisa menandingi The Avengers.
Filmnya sendiri mengambil cerita dari komik Days of Future Past yang terbit tahun 1981 dan dianggap sebagai salah satu storyline terbaik dalam komik X-Men. Pada awalnya kita akan dibawa pada era masa depan yang begitu kelam dimana dunia dikuasai oleh robot-robot raksasa bernama Sentinel. Pada awalnya Sentinel diciptakan untuk membunuh mutan, dan itu berhasil dimana banyak mutan yang akhirnya tewas di tangan Sentinel.
Tapi lambat laun robot ini juga mulai membunuh manusia yang dari gen mereka berpotensi mempunyai keturunan mutan. Dunia pun menjadi tempat yang begitu mengerikan khususnya bagi para mutan. Para mutan yang bertahan hidup mulai menyusun rencana dibawah pimpinan Profesor X (Patrick Stewart). Mereka pun akhirnya memutuskan untuk mengirim Wolverine (Hugh Jackman) ke masa lalu tepatnya tahun 1973 dengan bantuan Kitty Pride (Ellen Page) guna memperingatkan Xavier muda (James McAvoy) tentang masa depan yang porak poranda tersebut.
Hal itu dilakukan dengan harapan mereka bisa menghentikan Bolivar Trask (Peter Dinklage) yang pada tahun 1973 sedang berencana untuk membuat Sentinel. Tapi tentu saja hal itu tidak mudah dilakukan karena pada masa itu Xavier tengah dirundung banyak duka, kehilangan kekuatannya, dan masih bersitegang luar biasa dengan Erik (Michael Fassbender) yang saat itu tengah di penjara atas tuduhan pembunuhan terhadap Presiden JFK.
Days of Future Past sudah dibuka dengan begitu luar biasa lewat gambaran masa depan yang kelam, penuh kesengsaraan dan kematian. Bahkan action sequence pembukanya pun begitu luar biasa meski sama sekali tidak menampilkan deretan mutan yang sudah punya nama besar dalam film-film sebelumnya. Tidak hanya itu, adegan tersebut juga dibalut dengan kebrutalan yang diatas rata-rata film superhero pada umumnya. Disinilah kehebatan Bryan Singer benar-benar terlihat. Disinilah pembeda nyata antara Singer dan Ratner terpampang jelas.
Disaat Brett Ratner menciptakan kekacauan saat menumpahkan banyak mutan ke dalam satu film serta banyak membunuh potensi masing-masing dari mereka, Singer justru sebaliknya. Meski banyak mutan baik lama maupun baru yang hadir, masing-masing dari mereka diberi kesempatan yang sama untuk bersinar meski kemunculannya tidak banyak seperti Storm atau Magneto-nya Ian McKellen.
Singer tahu benar potensi tiap-tiap mutan dan menggunakan itu untuk mengkoreografikan adegan aksi dengan begitu spektakuler. Hal ini membuat mutan-mutan yang memang sudah dicintai seperti Wolverine sampai Magneto-nya Fassbender tetap bersinar tapi disisi lain mutan baru seperti Blink dan Quicksilver sanggup mencuri perhatian. Dua nama yang disebut terakhir memang diluar dugaan sanggup mencuri perhatian. Sedangkan Quicksilver yang sebelum perilisan filmnya terlihat kurang meyakinkan ternyata bisa menjadi mutan yang super keren lewat rambut abu-abu, walkman, serta tingkah semaunya sendiri itu.
Kini menjadi tugas berat bagi Joss Whedon untuk menciptakan Quicksilver yang setidaknya tidak kalah keren dalam Avengers: Age of Ultron. Kabar baiknya, Days of Future Past bukanlah kemunculan pertama dan terakhir mereka, karena keduanya akan kembali lagi dalam sekuel-sekuel berikutnya. Film ini juga masih punya love/hate relationship dengan chemistry kuat yang dimiliki McAvoy dan Fassbender.
Hugh Jackman masih memikat seperti biasa lewat mulutnya yang kadang masih susah dikontrol dan sering melontarkan lelucon demi lelucon. Jenffier Lawrence dan Peter Dinklage makin melengkapi jajaran cast yang bermain luar biasa dalam film ini. J-Law membuktikan bahwa Mystique bukan hanya sosok bersisik biru tapi juga dengan kedalaman emosi. Sedangkan Dinklage sebagai Bolivar mungkin bukan villain yang mengancam lewat kemampuan fisiknya, tapi sosoknya tetap bisa menebar ancaman dalam tiap kemunculannya.
Singer pun berhasil memaksimalkan kapasitas akting para pemainnya yang seabrek itu dengan keberhasilannya merangkum aspek drama dalam film ini. Singer tidak melupakan aspek penting yang sering ditinggalkan banyak sutradara film aksi, yakni memberikan karakter yang dipedulikan penonton. Dengan memberikan hal itu, ketegangan yang tersaji dalam tiap adegan aksinya pun makin bertambah karena penonton merasakan kepedulian dan simpati pada karakter yang ada.
Pada akhirnya, klimaks yang menampilkan pertempuran di masa lalu dan masa depan sama-sama terasa begitu luar biasa, lebih cepat, lebih intens, lebih brutal dan terasa cukup tragis. Begitulah, Singer sukses menciptakan sebuah film X-Men yang luar biasa. Tapi keberhasilan Singer bukan hanya itu. Tidak hanya sukses menciptakan sebuah film X-Men yang bagus, dia juga sanggup memperbaiki banyak hal yang kacau dalam universe film X-Men selama ini. X-Men: The Last Stand memang banyak "mengacaukan" dunia X-Men, dan Singer memanfaatkan dengan baik tema time travel yang ada untuk memperbaiki segala kekacauan tersebut. Dan di akhir credit scene akan menampilkan calon villain bagi sekuelnya, X-Men: Apocalypse yang akan rilis tahun 2016. Kabarnya sekuel yang bakal menampilkan Apocalypse sang mutan tertua di muka bumi tersebut akan lebih besar dan lebih masif dari Days of Future Past.
Sumber, : Ryemovies
Link Download : Click Here
Subtitle : Here